Surakarta, 11–14 November 2025 — Bertempat di Sunan Hotel Surakarta, Asosiasi Penggerak Perpustakaan dan Literasi Hijau Indonesia (APPeL Hijau Indonesia) kembali menyelenggarakan APPeL Hijau Indonesia Awards 2025, sebuah ajang penghargaan nasional yang ditujukan untuk mengapresiasi personal maupun lembaga yang dinilai memiliki inovasi dan kreativitas tinggi dalam pelestarian lingkungan serta peningkatan kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan. Program ini diinisiasi sebagai bentuk kontribusi terhadap pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) di Indonesia.
Penghargaan ini diberikan melalui proses penilaian yang komprehensif dengan mempertimbangkan berbagai kategori, antara lain: kinerja (performance), prestasi (achievement), praktik baik (best practice), karya publikasi ilmiah (scientific publication), jejak digital (digital footprint), pemberitaan (press release), aktivitas organisasi, dokumentasi, serta kualitas laman web dan media sosial. Dari proses seleksi tersebut, Kepala Perpustakaan UIN Salatiga Ifonilla Yenianti, S.PdI., S.IPI., M.A terpilih sebagai salah satu penerima penghargaan bergengsi dalam ajang APPeL Hijau Indonesia Awards 2025. Penghargaan ini diberikan sebagai bentuk pengakuan atas komitmen kuat perpustakaan dalam mengembangkan layanan berbasis literasi hijau serta kontribusinya terhadap edukasi keberlanjutan.

Dalam beberapa tahun terakhir, Perpustakaan UIN Salatiga berhasil menghadirkan berbagai inovasi yang selaras dengan prinsip green literacy, mulai dari pengelolaan fasilitas ramah lingkungan, pengembangan koleksi tematik keberlanjutan, hingga penyelenggaraan program edukatif yang mendorong sivitas akademika untuk lebih sadar terhadap isu lingkungan. Inovasi tersebut tidak hanya memperkuat fungsi perpustakaan sebagai pusat ilmu pengetahuan, tetapi juga sebagai ruang pembentukan karakter ekologis bagi sivitas akademika.
Keberhasilan ini tidak dapat dipisahkan dari identitas UIN Salatiga sebagai green washatiyah campus, yaitu kampus yang mengintegrasikan prinsip moderasi, keberlanjutan, dan kepedulian lingkungan dalam setiap aktivitas akademik dan kelembagaan. Konsep washatiyah yang menekankan keseimbangan, keharmonisan, dan keberlanjutan menjadi landasan filosofis bagi perpustakaan dalam merancang program-program berbasis literasi hijau. Dengan landasan inilah, perpustakaan mampu menunjukkan keterpaduan antara nilai-nilai keislaman, kecakapan informasi, dan kepedulian ekologis.
Oleh karena itu, penghargaan yang diterima Perpustakaan UIN Salatiga bukan hanya pengakuan atas capaian teknis, tetapi juga apresiasi terhadap keberhasilan institusi ini dalam menghadirkan perpustakaan yang modern, inklusif, dan berorientasi keberlanjutan. Penghargaan ini sekaligus menegaskan bahwa perpustakaan memiliki peran strategis dalam mewujudkan kampus hijau yang berkarakter moderat, berwawasan lingkungan, dan berkontribusi nyata pada pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs).

Rangkaian acara penghargaan turut dihadiri oleh Ketua Umum DPP APPeL Hijau Indonesia, Drs. Nurcahyono, S.S., M.Si, yang juga menjabat sebagai Pustakawan Utama Perpustakaan Nasional RI dan Kepala Pusdiklat Perpustakaan RI untuk periode 2023–2025. Dalam sambutannya, ia menekankan pentingnya green literacy sebagai fondasi keberlanjutan lingkungan, ekonomi, dan sosial yang sejalan dengan tujuan SDGs.
Hadir pula Ketua Harian DPP APPeL Hijau Indonesia, Dr. Wiji Suwarno, S.Pd.I., S.IPI., M.Hum, Dalam banyak tradisi pengetahuan, perpustakaan dipahami bukan hanya sebagai tempat penyimpanan buku, tetapi sebagai ruang spiritual yang menuntun manusia menuju kebijaksanaan. Jika seseorang ingin menjadi pribadi yang bijak, maka langkah awal yang dapat ditempuh adalah membiasakan diri berkunjung ke perpustakaan, ruang yang mempertemukan spiritualitas, pengetahuan, kehidupan, dan kebudayaan. Analogi ini dapat digambarkan melalui simbolisasi dewa dengan empat tangan. Masing-masing tangan memegang atribut yang merepresentasikan unsur fundamental pembentuk kebijaksanaan manusia. Tangan pertama memegang tasbih, melambangkan spiritualitas dan keheningan batin. Kehadiran tasbih mengingatkan bahwa ilmu yang baik hanya dapat tumbuh di atas fondasi moral dan hati yang bening. Tangan kedua memegang buku, simbol pengetahuan dan proses pencarian kebenaran. Buku dalam konteks perpustakaan bukan sekadar sumber informasi, tetapi juga jembatan yang menghubungkan manusia dengan sejarah pemikiran, pengalaman, dan kreativitas.Tangan ketiga menggenggam bunga, yang menandakan kehidupan, pertumbuhan, dan harmoni dengan alam. Simbol ini sejalan dengan paradigma green literacy, yang mengajak perpustakaan untuk tidak hanya menyediakan informasi, tetapi juga menghidupkan kesadaran akan keberlanjutan lingkungan dan hubungan manusia dengan ekosistem. Tangan keempat memegang alat musik, representasi dari nilai sosial dan budaya. Musik menyatukan manusia dalam harmoni, sebagaimana perpustakaan mempersatukan masyarakat melalui literasi, dialog, dan aktivitas budaya. Keempat simbol ini, piritualitas, pengetahuan, kehidupan, dan kebudayaan merupakan satu kesatuan yang membentuk karakter manusia yang bijak. Perpustakaan hadir sebagai ruang yang memelihara empat aspek tersebut sekaligus: menyediakan bahan bacaan ilmiah, menumbuhkan nilai-nilai etika, menanamkan kesadaran ekologis, dan menjadi tempat berlangsungnya interaksi sosial yang bermakna, ujar Dr. Wiji Suwarno dalam sambutannya.
Selanjutnya, penyelenggaraan APPeL Hijau Indonesia Awards 2025 ini diharapkan mampu mendorong semakin banyak perpustakaan dan pustakawan untuk berperan aktif dalam gerakan literasi hijau, serta memperkuat kontribusi terhadap pembangunan berkelanjutan di Indonesia (Snd)
